Kebahagiaan tak terkira ketika seorang bayi lahir ke dunia. Namun jangan salah, seorang ibu bisa menghadapi pasang surut masa nifas. Spektrum yang lebih parah dari sekadar depresi pascamelahirkan adalah psikosis pascapersalinan.
Juga dikenal sebagai psikosis pascapersalinan, kondisi ini menyebabkan seorang ibu mengalami gejala yang menyedihkan. Ibu bisa mendengar suara atau melihat hal-hal yang tidak nyata. Pada saat yang sama, ada rasa sedih dan takut yang tak terkendali.
Gejala Psikosis Pasca Melahirkan
Ibu yang mengalami hal ini mulai melihat, mendengar atau mempercayai hal-hal yang tidak benar-benar terjadi. Dampaknya bisa sangat berbahaya bagi ibu dan bayi. Jika gejala di atas terjadi, jangan tunda mencari pertolongan medis sesegera mungkin. Hal ini penting untuk menghindari kejadian tak terduga yang mengancam nyawa ibu dan bayi.
Faktor risiko psikosis pascapersalinan
Terkadang psikosis postpartum dapat terjadi tanpa faktor risiko. Namun, ada beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang mengalaminya. Tentunya semua ibu nifas akan mengalami masa dimana hormon sangat fluktuatif.
Namun, beberapa ibu mungkin menjadi lebih sensitif terhadap kesehatan mental mereka karena perubahan hormon estrogen, progesteron, dan tiroid. Ada juga faktor lain yang ikut berperan, seperti faktor genetik, budaya, biologis dan lingkungan. Jangan remehkan kebiasaan baru yang membuat ibu kurang tidur, karena hal ini juga berperan dalam memicu psikosis pascapersalinan.
Diagnosis dan Pengobatan Psikosis Pascapersalinan
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan sudah berapa lama hal ini berlangsung. Riwayat medis gangguan mental juga akan dipertimbangkan. Ibu yang mengalami gejala tersebut sebaiknya mengungkapkannya sejujur mungkin agar penanganannya tepat.
Harus ditekankan bahwa psikosis postpartum adalah keadaan darurat. Jika perlu, hubungi 911 atau minta seseorang membawa ibu ke ruang gawat darurat.
Terkadang ibu diberikan obat selama beberapa hari sampai moodnya membaik. Ibu dan bayi untuk sementara dipisahkan untuk menghindari risiko kerugian bagi kedua belah pihak. Karena setiap individu dapat mengalami kondisi yang berbeda, tidak ada kombinasi obat yang ideal yang paling efektif. Pengobatan mungkin lebih efektif jika antidepresan atau obat anti-kecemasan diberikan secara berlebihan. Terapi ini dilakukan dengan memberikan stimulasi elektromagnetik tingkat tertentu ke otak.